Ada satu faham baru dalam dunia islam,yang dianggap sebagai faham "pemodernisasi", yaitu faham yang dibangun oleh Mirza Gulam Ahmad al Qadiyani.
Ajaran-ajaran Mirza Gulam Ahmad al Qadiyani menggerayangi juga masyarakat umat islam di seluruh di dunia, terutama faham "Ahmadiyah Lahore".
Mirza Gulam Ahmad lahir di suatu desa bernama Qadiyan,di bagian Punjab India (sekarang Pakistan) pada tahun 1836 dan wafat di situ juga pada tahun 1908, 3 tahun setelah wafatnya Muhammad Abduh.
Jadi, 4 orang di antara pemuka pemodernisasi agama hampir bersama zamannya, yaitu Sayid Jamaludin Ak Afgani (wafat 1897), Sir Sayid Ahmad Khan (wafat 1898), Muhammad Abduh (wafat 1905) dan Mirza Gulam Ahmad (1908).
Adalah suatu kenyataan pula, bahwa Jamaludin Al Afghani dan Muhammad Abduh menentang habis-habisan Sir Sayid Ahmad Khan dan Mirza Ghulam Ahmad dan menganggap kedua yang di belakang ini hanya alat kolonial inggris semata-mata (baca majalah Al Urwatul Wutsqa yang diterbitkan di Paris oleh Jamaludin dan Muhammad Abduh pada tahun 1884).
Mirza Gulam Ahmad pada mulanya adakah golongan Syi'ah Isma'iliyah yang berfaham, bahwa Imam Ismail yang gaib, yaitu leturunan yang he-7 dari Saidina 'Ali akan lahir pada akhir zaman sebagai Imam Mahdi.
Tetapi Usia Mirza Gulam Ahmad ini 54 tahun, maka pada tahun 1890 ia menda'wakan dirinya Mujadid (pembaharu Agama), Imam Mahdi, 'Isa al Munthazar ('Isa yang ditunggu) dan sekaligus menda'wakan dirinya "Nabi Akhir Zaman".
Ajaran "ada Nabi sesudah Nabi Muhammad Saw." bukan saja ditentang oleh kaum Syi'ah, baik Syi'ah Imamiyah, Syi'ah Zadiyah, atau pun Syi'ah Isma'iliyah karena bagi kaum Syi'ah Imam Mahdi itu adalah dari keturunan Saidina 'Ali, sedang Mirza Gulam Ahmad bukan dari keturunan Saidina 'Ali.
Kaum Ahlussunnah wal Jama'ah menentang pula sekeras-kerasnya faham Ahmadiyah ini, karena bagi mereka tidak ada klagi Nabi sesudah Nabi Muhammad Saw.
Gerakan Ahmadiyah ini kemudian terbagi menjadi dua, yaitu Ahmadiyah Qadiyan dan Ahmadiyah Lahore, yang dipimpin oleh Khwaja Kamaluddin.
"Ahmadyah Lahore" banyak menerbitkan buku-buku dalam bahasa Inggris, juga ada sebuah tafsir al Qur'an dalam bahasa inggris yang dikarang oleh Maulawi Muhammad 'Ali tahun 1920. Buku-buku ini tersiar dalam kalangan kaum intelektual bangsa Indonesia.
Di kalangan rakyat banyak faham Ahmadiyah (Qadiyan atau Lahore) tidak laku, karena faham itu dianggap di luar lingkungan faham agama Islam.
Ajaran-ajaran Mirza Gulam Ahmad al Qadiyani menggerayangi juga masyarakat umat islam di seluruh di dunia, terutama faham "Ahmadiyah Lahore".
Mirza Gulam Ahmad lahir di suatu desa bernama Qadiyan,di bagian Punjab India (sekarang Pakistan) pada tahun 1836 dan wafat di situ juga pada tahun 1908, 3 tahun setelah wafatnya Muhammad Abduh.
Jadi, 4 orang di antara pemuka pemodernisasi agama hampir bersama zamannya, yaitu Sayid Jamaludin Ak Afgani (wafat 1897), Sir Sayid Ahmad Khan (wafat 1898), Muhammad Abduh (wafat 1905) dan Mirza Gulam Ahmad (1908).
Adalah suatu kenyataan pula, bahwa Jamaludin Al Afghani dan Muhammad Abduh menentang habis-habisan Sir Sayid Ahmad Khan dan Mirza Ghulam Ahmad dan menganggap kedua yang di belakang ini hanya alat kolonial inggris semata-mata (baca majalah Al Urwatul Wutsqa yang diterbitkan di Paris oleh Jamaludin dan Muhammad Abduh pada tahun 1884).
Mirza Gulam Ahmad pada mulanya adakah golongan Syi'ah Isma'iliyah yang berfaham, bahwa Imam Ismail yang gaib, yaitu leturunan yang he-7 dari Saidina 'Ali akan lahir pada akhir zaman sebagai Imam Mahdi.
Tetapi Usia Mirza Gulam Ahmad ini 54 tahun, maka pada tahun 1890 ia menda'wakan dirinya Mujadid (pembaharu Agama), Imam Mahdi, 'Isa al Munthazar ('Isa yang ditunggu) dan sekaligus menda'wakan dirinya "Nabi Akhir Zaman".
Ajaran "ada Nabi sesudah Nabi Muhammad Saw." bukan saja ditentang oleh kaum Syi'ah, baik Syi'ah Imamiyah, Syi'ah Zadiyah, atau pun Syi'ah Isma'iliyah karena bagi kaum Syi'ah Imam Mahdi itu adalah dari keturunan Saidina 'Ali, sedang Mirza Gulam Ahmad bukan dari keturunan Saidina 'Ali.
Kaum Ahlussunnah wal Jama'ah menentang pula sekeras-kerasnya faham Ahmadiyah ini, karena bagi mereka tidak ada klagi Nabi sesudah Nabi Muhammad Saw.
Gerakan Ahmadiyah ini kemudian terbagi menjadi dua, yaitu Ahmadiyah Qadiyan dan Ahmadiyah Lahore, yang dipimpin oleh Khwaja Kamaluddin.
"Ahmadyah Lahore" banyak menerbitkan buku-buku dalam bahasa Inggris, juga ada sebuah tafsir al Qur'an dalam bahasa inggris yang dikarang oleh Maulawi Muhammad 'Ali tahun 1920. Buku-buku ini tersiar dalam kalangan kaum intelektual bangsa Indonesia.
Di kalangan rakyat banyak faham Ahmadiyah (Qadiyan atau Lahore) tidak laku, karena faham itu dianggap di luar lingkungan faham agama Islam.
B. Konsepsi-konsepsi dan Pendapat-pendapatnya.
1. Ia(Mirza Gulam Ahmad) adalah pemodernisasi Agama (kepercayaan cabang Lahore).
2. Ia adalah Nabi akhir zaman (kepercayaan cabang Qadiyan).
3. Jihad dalam Islam sesudah wafat Nabi Muhammad adalah hanya dengan lisan n tulisan.
4. Penguasa Inggris adalah penguasa yang diutus Tuhan untuk keselamatan umat manusia.
5. Nabi Isa sudah wafat dan makamnya berada di Kasymir.
6. Dan masih banyak lagi.
Itulah Sekilas profil orang yang menda'wakan dirinya Nabi Akhir Zaman. Kita harus berhati-hati dan yakin bahwa Nabi terkahir adalah Nabi Muhammad Saw.
1. Ia(Mirza Gulam Ahmad) adalah pemodernisasi Agama (kepercayaan cabang Lahore).
2. Ia adalah Nabi akhir zaman (kepercayaan cabang Qadiyan).
3. Jihad dalam Islam sesudah wafat Nabi Muhammad adalah hanya dengan lisan n tulisan.
4. Penguasa Inggris adalah penguasa yang diutus Tuhan untuk keselamatan umat manusia.
5. Nabi Isa sudah wafat dan makamnya berada di Kasymir.
6. Dan masih banyak lagi.
Itulah Sekilas profil orang yang menda'wakan dirinya Nabi Akhir Zaman. Kita harus berhati-hati dan yakin bahwa Nabi terkahir adalah Nabi Muhammad Saw.
0 komentar:
Posting Komentar